SEGMENTATION,
TARGETING, POSITIONING
Pada dasarnya sangat jarang kita
temui suatu produk atau merek tertentu yang dapat memuaskan kebutuhan seluruh
lapisan masyarakat / konsumen. Hal ini yang mendorong sebuah perusahaan untuk
dapat mengembangkan strategi pemasaran yang berbeda agar dapat memuaskan
kebutuhan sebagian besar konsumen yang berbeda-beda itu.
Suatu proses yang harus dijalankan
oleh praktisi pemasaran adalah memilih atau menentukan pasar melalui proses
target pemasaran (target marketing process) yang mencakup empat langkah
yaitu :
1.
Identifikasi pasar
2.
Menentukan segmentasi
pasar
3.
Memilih pasar yang akan
dijadikan target
4.
Menentukan positioning
produk melalui strategi pemasaran
Perusahaan hendaknya menyadari
pentingnya melakukan identifikasi pasar terlebih dahulu sebelum menetapkan
strategi pemasaran. Hal ini disebabkan beberapa alasan antara lain :
·
Dinamika pasar yang
selalu berubah di mana konsumen menjadi lebih terdiversifikasi ditinjau dari
kebutuhan
·
Sikap dan gaya hidup
mereka
·
Perusahaan pesaing yang
sudah semakin banyak melakukan pendekatan segmentasi konsumen dalam strategi
pemasarannya karena dinilai lebih menguntungkan.
Ketika
menentukan pasar yang ingin dimasuki, praktisi pemasaran harus mengidentifikasi
kebutuhan spesifik dari kelompok-kelompok konsumen (segmen) yang terdapat dalam
masyarakat. Selanjutnya adalah memilih
satu atau lebih dari segmen-segmen itu sebagai target dan merancang
program pemasaran yang diarahkan kepada masing-masing target pasar
bersangkutan.
Identifikasi
pasar sasaran mencakup kegiatan untuk mengelompokkan konsumen yang memiliki
gaya hidup, kebutuhan dan kesukaan yang sama. Dalam hal ini, pemasar harus
mendapatkan informasi sebanyak mungkin mengenai kebutuhan konsumen. Semakin
banyak informasi yang diketahui pemasar mengenai kebutuhan konsumen maka akan
semakin efektif tugas pemasar dalam melakukan program komunikasi pemasaran.
Pemasar dewasa ini bersaing hampir pada seluruh jenis produk dan mereka terus
mencari cara untuk melakukan segmentasi
pasar dalam upaya untuk dapat lebih memuaskan kebutuhan konsumen mereka.
Proses
pemasaran yang berhasil terdiri dari serangkaian langkah yang berkesinambungan,
yang menurut Philip Kottler (1980)
terdiri atas tiga tahap yaitu :
·
Segmentation
·
Targeting
·
Positioning
6.1. Segmentation
Pada dasarnya segmentasi pasar
merupakan suatu konsep yang sangat penting dalam pemasaran. Eric Berkowitz dan
rekan mendefinisikan segmen pasar sebagai “dividing up a market into
distinct groups that (1) have common needs and (2) will respond similary to
a market action.” (membagi suatu pasar ke dalam kelompok-kelompok yang
jelas yang (1) memiliki kebutuhan yang sama dan (2) memberikan respon yang
sama terhadap suatu tindakan pemasaran).
Sehingga dapat diartikan bahwa
segmentasi pasar adalah suatu kegiatan untuk membagi-bagi atau
mengelompok-kelompokkan konsumen ke dalam kotak-kotak yang lebih homogen.
Masyarakat sebagai calon konsumen
memiliki sifat-sifat yang sangat heterogen, maka akan sulit bagi sebuah
perusahaan untuk melayani secara keseluruhan. Oleh karena itu harus dipilih
segmen-segmen pasar tertentu dan akan meninggalkan segmen lainnya yang dianggap
kurang / tidak potensial. Bagian atau segmen yang dipilih itu adalah bagian
yang homogen yang memiliki ciri-ciri
yang sama dan cocok dengan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan
mereka.
Dengan demikian kita tidak dapat
mengatakan bahwa pasar suatu produk adalah seluruh penduduk di Indonesia yang
berjumlah sekitar 250 juta jiwa. Konsumen sebanyak 250 juta jiwa dapat
dipilah-pilah berdasarkan kelompok-kelompok homogennya. Oleh karena itu pasar
masa depan adalah pasar yang tersegmentasi dengan baik. Hanya mereka yang
pahamlah yang dapat menentukan segmentasi produknya secara tepat agar dapat
menguasai pasar.
Pelaku pemasaran harus memilih satu
atau beberapa segmen konsumen saja yang memiliki karakter atau respon yang sama dari seluruh penduduk
Indonesia yang menjadi konsumen sebauh produk atau jasa. Dengan memahami siapa
konsumennya, maka pelaku pemasaran dapat menentukan bagaimana cara
menjangkaunya, produk apa yang dibutuhkan dan bagaimana mempertahankan konsumen
dari produk pesaing.
Segmentasi pasar ini diperlukan agar
perusahaan dapat melayani konsumennya secara lebih baik, melakukan komunikasi
yang lebih persuasif dan yang terpenting adalah mampu memuaskan kebutuhan dan
keinginan konsumen yang dituju. Untuk memasarkan suatu produk misalnya, pelaku
pemasaran harus tahu siapa yang akan menjadi konsumennya. Namun demikian ada
kalanya dalam pemasaran, segmentasi tidak diperlukan yaitu bila struktur pasar
bersifat monopolistik. Misalnya produk kita merupakan satu-satunya produk yang
ada di suatu daerah. Namun ketika produk lain muncul dan jumlahnya semakin
banyak maka perlahan-lahan konsumen mulai memiliki preferensi. Suatu produk
praktis tidak bisa menguasai seluruh lapisan
masyarakat. Perusahaan harus memilih segmen mana yang ingin dikuasai dan
untuk itu harus diketahui secara jelas siapa konsumennya. Misalnya bagaimana
kelas sosial ekonomi konsumen dan produk seperti apa yang mereka inginkan.
Dengan adanya segmentasi pasar ini
akan memberi pegangan yang sangat penting dalam pemasaran, yaitu anjuran agar
memilih bagian terentu saja dari khalayak konsumen yang sangat luas agar dapat
memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya. Dewasa ini hampir tidak ada satu
produk apapun yang dapat melayani kebutuhan seluruh segmen konsumen. Dengan
adanya segmentasi konsumen maka perusahaan dapat mendesain produk-produk yang
lebih responsif terhadap kebutuhan konsumen. Dalam menentukan segmentasi pasar
ini biasanya akan terinci dalam segmentasi berdasarkan demografis, geografis,
prikografis, perilaku dan manfaat.
6.1.1. Segmentasi Demografis
Segmentasi berdasarkan demografis
adalah segmentasi yang didasarkan pada peta kependudukan misalnya :
·
Usia
·
Jenis kelamin
·
Besarnya anggota
keluarga
·
Pendidikan tertinggi
yang dicapai
·
Jenis pekerjaan
·
Tingkat penghasilan
·
Agama
·
Suku
Elemen-elemen
yang disebutkan diatas merupakan variabel –variabel demografi. Data demografi
ini dibutuhkan antara lain untuk
mengantisipasi perubahan-perubahan pasar menyangkut bagaimana produsen barang
atau jasa menilai potensi apsar dalam setiap
era geografi yang dapat dijangkau.
Dengan
adanya segmentasi berdasarkan demografi ini maka dapat dijadikan dasar dalam
pengambilan keputusan manajerial.
Misalnya stasiun televisi menggunakan data demografi untuk membuka
pemancar (transmisi) baru atau bagian pemasaran suatu perusahaan menggunakan
data demografi untuk membuka kantor cabang dan mengatur jumlah personel
pemasaran yang dimilikinya.
Sebuah
perusahaan produsen sepeda motor Honda dan Harley Davidson pernah mengalami
kemunduran penjualan sepeda motornya di Amerika Serikat pada awal tahun 90-an.
Setelah diteliti ternyata terjadi
perubahan pola demografis konsumen potensial
pengguna sepeda motor yaitu pria berusia antara 18 – 34 tahun. Mereka
adalah yang lahir antara tahun 1946 – 1964 yang disebut jgua baby boomers.
Sebagian besar para baby boomers sudah merasa tua dan tidak berminat lagi
mengendarai sepeda motor sementara jumlah pria pada rentang usia tersebut
ternyata telah sangat berkurang. Selain faktor demografis, penurunan penjualan
juga dapat disebabkan munculnya produk alternatif yang dianggap lebih menarik
seperti perangkat audio stereo, televisi layar lebar, peralatan fitness,
peralatan fotografi dan video, fasilitas spa dan sebagainya.
Fakta
tersebut mendorong para pengelola pemasaran Honda dan Harley Davidson untuk meyakinkan calon konsumen bahwa membeli
sepeda motor merupakan cara yang berharga untuk membelanjakan kelebihan
pendapatan mereka sebagaimana produk lainnya. Melalui strategi pemasaran yang
tepat, kedua perusahaan tersebut berhasil melawan tren penurunan penjualan
sepeda motor dan menaikkan tingkat penjualan mereka.
Data-data
mengenai demografi ini juga sangat dibutuhkan dalam menentukan strategi
periklanan yang menyangkut bagaimana suatu produk dikomunikasikan kepada
khalayak sasaran. Dalam hal ini, pemasang iklan perlu memahami media-media apa
saja yang dapat menjangkau segmen pasaranya, berapa anggaran yang dibutuhkan
untuk menjangkau masing-masing segmen itu, kapan sebaiknya disiarkan dan siapa
bintang iklan yang cocon untuk menjangkau setiap segmen. Pelaku pemasaran perlu
memahami data demografi yang terkait
dengan strategi iklan ini agar
dapat menentukan media penyiaran yang paling sesuai dengan kebutuhannya.
a.
Usia
Biasanya
konsumen dibedakan menurut usia
anak-anak, remaja, dewasa dan orang tua. Tetapi pembagian ini masih dianggap
terlalu luas. Misalnya kelompok usia dewasa memiliki rentang usia yang cukup
luas sehingga perlu dibagi lagi menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil.
Belch & Belch membagi segmentasi berdasarkan usia sebagai berikut :
No
|
Kelompok Usia
|
1
|
0 – 6 tahun
|
2
|
6 – 11 tahun
|
3
|
12 – 17 tahun
|
4
|
18 – 24 tahun
|
5
|
25 – 34 tahun
|
6
|
35 – 49 tahun
|
7
|
50 – 64 tahun
|
8
|
Di atas 64 tahun
|
b.
Jenis Kelamin
Banyak
sekali produk yang menggunakan pendekatan jenis kelamin uni dalam pemasarannya.
Ada suatu merek produk yang ditujukan hanya kepada pria atau wanita saja dan
masing-masing memiliki strategi promosi yang berbeda. Isi media massa
mempengaruhi siapa yang akan menggunakan media itu. Program televisi tertentu seperti program
olahraga biasanya disukai kaum laki-laki, infotainment disukai wanita, sinetron
(wanita), program memasak (wanita), program berita (laki-laki) dan seterusnya.
Hal ini berlaku juga untuk produk atau jasa yang dipasarkan oleh perusahaan
kepada konsumennya. Ada yang mengambil pasar untuk kedua jenis kelamin atau ada
juga yang menentukan segmentasinya hanya untuk salah satu jenis kelamin saja.
c.
Jenis pekerjaan
Konsumen yang memiliki jenis pekerjaan tertentu
umumnya mengkonsumsi barang-barang tertentu yang berbeda dengan jenis pekerjaan
lainnya. Selera merekapun umumnya juga
berbeda dalam mengonsumsi media massa. Kalangan eksekutif lebih menyukai media
yang dapat mendorong daya pikir mereka atau membantu mereka dalam mengambil keputusan misalnya menonton program berita atau
film-film tertentu di televisi. Sementara kalangan pekerja kasar lebih menyukai
musik dangdut.
d.
Pendidikan
Konsumen
dapat pula dikelompokkan menurut tingkat pendidikan yang dicapai. Pendidikan
yang berhasil diselesaikan biasanya menentukan pendapatan dan kelas sosial
mereka. Selain itu pendidikan juga menentukan tingkat intelektualitas
seseorang. Pada gilirannya, tingkat
intelektualitas ini akan menentukan pilihan barang-barang, jenis hiburan
dan program radio atau televisi yang ditontonnya.
Tingkat
pendidikan biasanya terkait dengan tingkat pekerjaannya walaupun tidak selalu
demikian. Seseorang yang berpendidikan tinggi cenderung membaca secara rutin
surat kabar dan majalah-majalah tertentu yang
sesuai dengan tingkat pendidikannya. Biasanya bacaannya agak berat,
memerlukan pemikiran-pemikiran dan analisa, menyukai konsep-konsep baru dan
tertantang untuk menggali hal-hal baru. Sebaliknya, mereka yang hanya
berhasil mencapai sekolah dasar umumnya
akan mencari bacaan-bacaan yang ringan, mudah dipahami, banyak gambar dan foto,
berjudul besar dengan permasalahan sehari-hari yang dekat dengan kehidupannya.
e.
Pendapatan
Sebuah
produk maupun jasa yang dibeli seseorang tentunya erat hubungannya dengan
penghasilan yang diperoleh rumah tangga tersebut. Selera atau konsumsi sangat
dipengaruhi oleh kelas yang ditinggali konsumen. Pendapatan seseorang akan
menentukan di kelas sosial mana dia berada dan kedudukan seseorang dalam kelas
sosial akan mempengaruhi kemampuannya berakses pada sumber-sumber daya. Menurut
Lloyd Warner (1941) kelas sosial dapat dibagi menjadi enam bagian yaitu :
1.
Kelas atas – atas :
(A+)
2.
Kelas atas bagian bawah : (A)
3.
Kelas menengah atas : (B+)
4.
Kelas menengah bawah : (B)
5.
Kelas bawah bagian atas : (C+)
6.
Kelas bawah bagian bawah : (C)
Masing-masing
kelas tersebut memiliki karakter berbeda-beda yang mempengaruhi cara pandang
dan cara mereka membelanjakan uangnya. Mereka
yang mendiami kelas-kelas tersebut pun berada pada karakternya menurut
lama barunya mereka berada di kelas masing-masing. Mereka yang baru saja
memasuki kelas menengah (berasal dari kelas bawah) akan memiliki kebiasaan
membelanjakan uang yang berbeda dengan mereka yang sudah mapan secara turun
temurun dalam kelas itu.
Perusahaan
yang akan beriklan di radio atau televisi harus menentukan apakah ingin
memasarkan produknya untuk kalangan
berpenghasila tinggi, menengah atau bawah. Media massa harus menegaskan
kalangan mana yang menjadi targetnya sehingga pemasang iklan dapat
mempromosikan produknya secara tepat.
Ada
beberapa konsep yang digunakan terkait dengan pendapatan ini. Biasanya yang
sering digunakan sebagai ukuran adalah penghasilan dalam bentuk uang tunai
(money income) yang mencakup penghasilan dari gaji, keuntungan usaha dari
bunga, deviden, royalty atau sumber-sumber lainnya yang diterima secara tunai
sebelum dipotong pajak dan potongan-potongan lainnya.
Penghasilan
netto yang diterima seseorang setelah dipotong pajak disebut dengan disposable
income. Sedangkan penghasilan seseorang setelah dipotong pajak dan
pengeluaran-pengeluaran untuk kebutuhan pokok disebut dengan discreationary
income.
f.
Agama
Segmentasi
agama dapat pula digunakan sebagai dasar dalam memasarkan berbagai macam
produk. Pada stasiun televisi, segmentasi konsumen berdasarkan agama digunakan
untuk memproduksi program-program tertentu semisal sinetron religius, ceramah
agama dan sebagainya. Program yang bernuansa agama ini dapat digunakan untuk
memasarkan produk-produk yang erat dengan agama. Namun demikian segmentasi ini
umumnya sangat sensitif dan memerlukan keseriusan dalam menjalin hubungan
dengan konsumennya. Segmentasi berdasarkan agama hanya dapat diterapkan pada
produk tertentu yang pasarnya amat sensitif terhadap simbol-simbol agama.
g.
Suku dan Kebangsaan
Pelaku
pemasaran juga dapat melakukan segmentasi konsumen berdasarkan suku dan
kebangsaan sepanjang suku-suku itu memiliki perbedaan yang mencolok dalam hal
kebiasaan-kebiasaan dan kebutuhan-kebutuhannya bila dibandingkan dengan
suku-suku lainnya. Selain itu, tentu juga segmennya harus cukup besar,
potensial dan memiliki daya beli yang tinggi. Suku-suku tertentu biasanya
memiliki ciri khas dalam soal makanan, pakaian dan cara berkomunikasi.
6.1.2. Segmentasi Geografis
Segmentasi ini membagi-bagi khalayak
audience berdasarkan jangkaun geografis. Pasar dibagi-bagi ke dalam beberapa
unit geografis yang berbeda yang mencakup suatu wilayah negara, provinsi, kabupaten, kota hingga ke
lingkungan perumahan. Konsumen terkadang memiliki kebiasaan berbelanja yang
berbeda-beda yang dipengaruhi oleh
lokasi di mana mereka tinggal. Para penganut segmentasi ini percaya setiap
wilayah memiliki karakter yang berbeda dengan wilayah lainnya. Oleh karenanya setiap
wilayah di suatu negara perlu dikelompokkan berdasarkan kesamaan karakternya.
Di Indonesia, banyak konsumen barang
ataupun jasa yang memfokuskan penjualanny di pulau Jawa karena di sinilah
tinggal hampir setengah penduduk Indonesia. Konsentrasi pembangunan yang lebih
dipusatkan di pulau Jawa menyebabkan wilayah ini memiliki penduduk dengan daya
beli yang lebih tinggi dan relatif lebih mudah dijangkau oleh produsen yang
berproduksi di pulau Jawa pula.
6.1.3. Segmentasi Geodemografis
Segmentasi ini merupakan gabungan
dari segmentasi geografis dan segmentasi demografis. Para penganut konsep ini
percaya bahwa mereka yang menempati geografis yang sama cenderung memiliki
karakter-karakter demografis yang sama pula. Namun wilayah geografis harus
sesempit mungkin, misalnya kawasan-kawasan pemukiman atau kelurahan. Misalnya
orang-orang yang sama-sama tinggal di daerah elit di suatu kota cenderung untuk
memiliki karakteristik yang sama. Dengan kalimat lain, mereka yang tinggal di
daerah elit memiliki karakter yang berbeda dengan mereka yang bertempat tinggal
di kawasan perkampungan.
Segmentasi
Khalayak
Segmentasi
|
Deskripsi
|
Demografis
|
Khalayak
dibeda-bedakan berdasarkan karakteristik demografi seperti usia, gender,
pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya.
|
Geografis
|
Khalayak
dibeda-bedakan berdasarkan wilayah tempat tinggalnya, misalnya wilayah dalam
suatu negara (Indonesia barat, Indonesia timur) pulau, provinsi, kota dan
desa.
|
Geodemografis
|
Khalayak
yang tinggal di suatu wilayah geografis tertentu diyakini memiliki karakter demografi yang
sejenis (namun wilayah geografis harus sesempit mungkin, misalnya
kawasan-kawasan pemukiman atau kelurahan).
|
6.1.4. Segmentasi Psikografis
Segmentasi psikografis merupakan
pembagian berdasarkan gaya hidup dan kepribadian manusia. Gaya hidup
mempengaruhi perilaku seseorang dan akhirnya menentukan pilihan-pilihan
konsumsi seseorang. Misalnya, seorang wanita karir dan seorang ibu rumah tangga
tentu saja memiliki gaya hidup yang berbeda-beda yang pada akhirnya
mempengaruhi bagaimana mereka membelanjakan uang mereka.
Gaya hidup mencerminkan bagaimana
seseorang menghabiskan waktu dan uangnya yang dinyatakan dalam
aktivitas-aktivitas, minat dan opini-opininya. Dengan demikian, psikografis
adalah segmentasi yang mengelompokkan audience secara lebih tajam daripada
sekedar variabel-variabel demografi. Para peneliti pasar yang menganut
pendekatan gaya hidup cenderung mengklasifikasikan konsumennya berdasarkan
variabel-variabel AIO yaitu :
·
Activity
·
Interest
·
Opinion
Joseph
Plumer (1974) mengatakan bahwa segmentasi gaya hidup mengukur
aktivitas-aktivitas manusia dalam hal :
1.
Bagaima mereka
menghabiskan waktunya (pekerjaan, hobi, hiburan, belanja, olahraga dll)
2.
Minat mereka; apa yang
dianggap penting disekitarnya (keluarga, rumah, karir, makanan dll)
3.
Pandangan-pandangan
baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain (isu-isu sosial, politik,
masa depan dll)
4.
Karakter-karakter dasar
seperti tahap yang mereka lalui dalam
kehidupan (life cycle), penghasilan, pendidikan dan di mana mereka
tinggal.
Suatu
penelitian terhadap perilaku gaya hidup masyarakat perkotaan di Indonesia
berhasil menemukan delapan segmen gaya hidup masyarakat perkotaan sebagai
berikut :
1.
Kelompok Sejahtera (The
affluent) sebanyak 15%
Adalah
segmen pekerja keras, memiliki rasa percaya diri yang kuat, menyukai inovasi,
proaktif dan berani mengambil resiko. Senang mencari perhatian dan menyukai
kehidupan yang dinamis. Kelompok ini cenderung terbuka terhadap hal-hal baru
dan memiliki kemampuan mempengaruhi orang lain.
2.
Kelompok Sukses (The
Achievers) sebanyak 14%
Sama-sama
memiliki keterampilan memimpin seperti the affluent, hanya saja ia cenderung
tidak suka diperhatikan orang lain. Mereka mengkonsumsi barang-barang secara
fungsional (bukan seorang yang trendi). Pengambilan keputusannya didasarkan
oleh hal-hal yang sifatnya rasional. Meski begitu mereka tidak terlalu mudah
menerima gagasan-gagasan baru.
3.
Pencemas (The Anxious)
sebanyak 6%
Segmen
ini mempunyai sikap sebagai follower, tetapi
ambisius. Mereka memiliki rasa percaya diri yang kuat dalam pengambilan
keputusan dan senang menunjukkan prestasinya tetapi tidak memiliki banyak
keberanian. Biasanya mereka memerlukan saran-saran dan dorongan dari orang
lain. Mereka mudah dibujuk dengan hal-hal yang sifatnya rasional.
4.
Penyendiri (The Loners)
sebanyak 10%
Segmen
ini terdiri dari mereka yang senang menyendiri dan kurang berani untuk tampil.
Mereka cenderung individualistik dan kurang tertarik untuk berafiliasi dengan
teman, tetangga, atau orang-orang di sekitarnya.
5.
Kelompok Gaul (The
Socialite) sebanyak 11%
Adalah
segmen yang senang bergaul, bersosialisasi dengan orang lain tetapi mereka juga
pengambil resiko yang berani bertindak meski dasar rasionalnya kurang begitu
kuat. Segmen ini cenderung ingin menguasai orang lain dan senang menonjol.
Mereka juga reaktif terhadap perubahan-perubahan dan cenderung bersifat
impulsif.
6.
Pendorong (The Pulser)
sebanyak 6%
Ini
adalah segmen yang terdiri dari orang-orang yang tidak ingin diperhatikan
tetapi ingin mendominasi segala sesuatu tanpa arah yang jelas. Mereka tidak
memiliki objektif yang jelas untuk meraih sesuatu tetapi senang mengontrol
orang lain. Segmen ini tidak begitu mudah menerima hal-hal yang baru.
7.
Pencari Perhatian
(Attention Seekers) sebanyak 17%
Seperti
namanya orang-orang ini cenderung ingin menarik perhatian. Mereka senang
membeli barang-barang baru untuk menarik perhatian orang lain, impulsif dan
seringkali irasional. Mereka cenderung mudah dibujuk secara emosional dan cenderung follower.
8.
Pencari Kesenangan
(Pleasure Seekers) sebanyak 20%
Yaitu
segmen yang ingin mencapai sesuatu tanpa kerja terlalu keras. Mereka cenderung
mencapai sesuatu tanpa kerja terlalu keras. Mereka cenderung individualistik,
kurang senang bersosialisasi tetapi tekun mengikuti tren. Mereka tidak memiliki
prinsip yang cukup kuat sehingga mudah digoyahkan. Meski begitu segmen ini
tidak menghendaki terjadinya
perubahan-perubahan.
Dari kedelapan segmen diatas
tampaknya cukup jelas bahwa bagian terbesar masyarkat perkotaan Indonesia
cenderung mencari kesenangan (37% - gabungan antara segmen pencari kesenangan
dan pencari perhatian). Pasar Indonesia terbagi dua secara merata antara segmen
high profile (49%) dan low profile (51%). Pemasar dapat memilih segmen gaya
hidup mana yang hendak didekati.
6.2. Target Market
Segmen pasar dapat dipilih hanya
satu segmen atau lebih dari satu. Suatu analisa kompetitif menjadi bagian
penting dari rencana strategi pemasaran yang perlu dipertimbangkan secara
cermat. Perusahaan harus menentukan
tujuan dan sasaran berdasarkan target pasar yang sudah dipilih serta apa yang
diharapkan untuk dicapai pada pasar tersebut.
Sebagaimana yang telah dibahas pada
bab sebelumnya, tujuan dan sasaran ditetapkan berdasarkan angka-angka yang
terukur misalnya nilai penjualan, pangsa pasar dan tingkat keuntungan.
Pemilihan target pasar tempat perusahaan akan berkompetisi merupakan bagian
penting dari strategi pemasaran dan memiliki implikasi langsung bagi kegiatan
iklan dan promosi.
Perusahaan seringkali harus
mempersiapkan strategi pemasaran yang berbeda untuk memuaskan berbagai
kebutuhan konsumen yang berbeda. Hal ini disebabkan jarang sekali suatu produk
dapat memuaskan kebutuhan semua konsumen.
Target pasar adalah memilih satu
atau beberapa segmen konsumen yang akan menjadi fokus kegiatan-kegiatan
pemasaran dan promosi. Kadang-kadang targeting disebut juga dengan selecting
karena audience harus diseleksi. Perusahaan harus memiliki keberanian untuk
memfokuskan kegiatannya pada beberapa bagian saja (segmen) konsumen dan
meninggalkan bagian lainnya.
Pemilihan suatu segmen pasar
hendaknya dilakukan berdasarkan riset yang memadai dengan
pertimbangan-pertimbangan yang masak. Sebelum suatu segmen dimasuki ada
beberapa kriteria yang harus dipenuhi yaitu :
·
Apakah segmen itu cukup
besar ?
Ini
berarti segmen yang dipilih hendaknya cukup potensial dalam arti terdapat
populasi yang cukup besar sehingga dapat menjamin kontinuitas produksi.
·
Apakah ada daya belinya
?
Populasi
yang besar dalam sebuah segmen belum menjamin keberhasilannya. Pertanyaannya
adalah apakah konsumen itu memiliki daya beli yang memadai dan memiliki
kesediaan membeli.
·
Apakah dapat dibedakan
dengan segmen lainnya ?
Sebuah
segmen yang baik harus dapat dibedakan dengan jelas dengan segmen-segmen
lainnya di sisi kiri dan kanannya.
·
Apakah sudah ada
pesaing lain yang menguasai segmen itu?
Sebuah
segmen yang menarik tidak selalu terbuka untuk semua pendatang baru. Mereka
yang sudah ada lebih dahulu disana umumnya sudah membentuk rintangan-rintangan
kepada calon-calon pendatang baru. Misalnya harga yang lebih mudah atau kesetiaan
konsumen (brand loyalty). Memasuki segmen yang sudah ada pesaingnya memerlukan
banyak pertimbangan, misalnya bersediakah pendatang baru itu menjadi nomor dua,
berapa lama modal yang ditanam akan kembali.
·
Apakah segmen itu dapat
dijangkau ?
Segmen
yang baik harus dapat dijangkau. Dalam hal ini perusahaan harus memiliki sarana
distribusi dan promosi yang dapat menjangkau segmen yang dituju.
Target konsumen ini berhubungan erat
dengan adanya media yang dapat digunakan untuk menjangkau kelompok-kelompok
atau segmen-segmen tertentu dalam masyarakat. Target pasar mempunyai dua fungsi
sekaligus yaitu menyeleksi konsumen sasaran sesuai dengan kriteria-kriteria
tertentu dan menjangkau konsumen sasaran tersebut (reaching).
Siapakah target konsumen atau konsumen
sasaran itu ? Konsumen sasaran adalah orang-orang yang menginginkan diri mereka
terekspos oleh informasi atau hiburan yang ditawarkan produsen kepada mereka.
Dalam hal ini perlu diketahui bahwa konsumen melakukan suatu proses yang
disebut dengan selective exposure artinya konsumen secara aktif
memilih mau atau tidak mengekspos dirinya terhadap informasi, misalnya iklan.
6.3. Positioning
Positioning adalah strategi
komunikasi yang berhubungan dengan bagaimana khalayak menempatkan suatu produk,
merek atau perusahaan di dalam otaknya, di dalam alam khayalnya, sehingga
khalayak memiliki penilaian tertentu.
Dengan demikian positioning harus
dilakukan dengan perencanaan yang matang dan langkah yang tepat. Pengelola
pemasaran harus mengetahui bagaimana konsumen memproses informasi, menciptakan
persepsi dan bagaimana persepsi mempengaruhi pengambilan keputusannya. Sebab,
sekali informasi ditempatkan pada posisi yang salah, maka akan sulit untuk
diubah.
Positioning menjadi penting bagi
perusahaan karena tingkat kompetisi yang cukup tinggi saat ini. Persepsi
terhadap perusahaan atau produk memegang peranan penting dalam konsep
positioning karena khalayak banyak menafsirkan media bersangkutan melalui
persepsi yaitu hubungan-hubungan asosiatif yang disimpan melalui proses
sensasi. Persepsi membantu manusia memahami dunia di sekelilingnya untuk
disimpan dalam memorinya. Hiebing & Cooper (1997) mendefinisikan
positioning sebagai “membangun persepsi produk di dalam pasar sasaran
relatif terhadap persaingan.”
Suatu produk harus memiliki
pernyataan positioning yang memiliki hubungan erat dengan strategi merebut
konsumen dan harus bisa mewakili citra atau persepsi yang hendak dicetak dalam
benak konsumen. Citra itu harus berupa suatu hubungan asosiatif yang
mencerminkan karakter suatu produk.
Pertanyataan positioning berupa
kata-kata yang diolah dalam bentuk rangkaian kalimat menarik yang disampaikan
dengan manis. Kata-kata itu adalah atribut yang menunjukkan segi-segi
keunggulan suatu produk atau perusahaan terhadap para pesaingnya. Semua
kata-kata harus dirancang berdasarkan informasi pasar. Pernyataan yang
dihasilkan harus cukup singkat, mudah diulang-ulang dalam iklan atau dalam
bentuk-bentuk promosi lainnya, dan harus memiliki dampak yang kuat terhadap
pasar sasaran. Pernyataan positioning yang baik dan efektif harus mengandung
dua unsur yaitu klaim yang unik dan bukti-bukti yang mendukung.
Pernyataan positioning itu harus
dapat diungkapkan secara jelas dan tegas yang dapat disusun berdasarkan
pengalaman yang panjang dalam bidang tertentu, hasil-hasil studi, informasi
dari mulut ke mulut atau publisitas yang ada. Pernyataan itu selain memuat
atribut-atribut yang penting bagi konsumen juga harus dinyatakan dengan mudah, enak didengar dan harus dapat
dipercaya. Pernyataan itu harus disebarluaskan dengan teknik-teknik audio
visual yang baik dan dengan frekuensi yang cukup sering.
Dalam menyusun suatu pernyataan
positioning, pengelola pemasaran harus mengetahui bagaimana audience membedakan
produk bersangkutan terhadap produk saingan lainnya. Myers (1966) membedakan
struktur persaingan ke dalam tiga tingkat yaitu, superioritas, diferensiasi dan
paritas.
·
Superioritas
Suatu
struktur persaingan yang dialami
perusahaan atau produk yang unggul di berbagai bidang terhadap para pesaingnya.
Superioritas adalah keadaan yang sangat ideal, namun biasanya sangat sulit
dicapai. Misalnya produk yang kuat, hebat dan lebih segala-galanya membutuhkan
biaya yang sangat besar untuk memproduksinya. Misalnya televisi berita
internasional Fox News yang menyusun pernyataan positioning “We Report You
Decide” sebagai upaya mengalahkan superioritas televisi CNN sebagai televisi
berita.
·
Diferensiasi
Keadaan
yang sedikit berbeda dengan superioritas. Di sini perusahaan bertindak lebih
rasional yaitu tidak ingin unggul dalam segala hal, tetapi membatasinya pada
satu atau beberapa segi saja yang superior terhadap pesaing-pesaingnya.
Misalnya suatu bank unggul dalam pelayanan kepada nasabah, suatu stasiun
penyiaran unggul dalam program berita atau musik, suatu kendaraan mobil unggul
dalam hal jaminan keselamatan dll.
·
Program Paritas
Di
sini perusahaan dan produknya sama sekali tidak dapat dibedakan satu dengan
lainnya. Audience tidak dapat membedakan mana yang lebih baik antara produk
yang dihasilkan perusahaan A dengan perusahaan lainnya. Positioning menjadi
lebih sulit dalam kasus ketiga ini. Oleh karena itu biasanya diciptakan pembela
khayalan dengan menanamkan citra merek, mengasosiasikan dengan tokoh-tokoh,
humor, kartun, dan sebagainya. Misalnya pernyataan positioning ; RCTI Oke, SCTV
Ngetop, merupakan contoh untuk kasus
ini. Suatu perusahaan atau suatu produk menjadi kelihatan berbeda karena
konsumen menganggapnya berbeda, bukan karena barang itu sendiri berbeda.
terimakasih :) sangat membantu sekali
ReplyDeletethank
ReplyDeleteYou might be eligible to receive a $300 IKEA Gift Card.
ReplyDeletesangat membantu sekali terimakasih..
ReplyDeleteBonus Spesial Judi Sabung Ayam Sebesar 100% Dapat di Klaim setiap hari !
ReplyDeletePromo Spesial 100% ini juga Berlaku juga untuk permainan Casino Live (Khusus Sexy Baccarat) !
Minimal deposit & withdraw hanya 50ribu.. Menyediakan Deposit :
» Linkaja
» Ovo
» Gopay
» Dana
» Pulsa
» Semua jenis rekening Bank di Indonesia !
Kontak Costumer Service Online 24 Jam :
» Nomor WhatsApp : +62812-2222-995
» ID Telegram : @bolavitacc